Sabtu, 11 Februari 2012

SNSD - Dear Mom (Eng Sub)

:D

<embed src="http://assets.mixpod.com/swf/mp3/mixpod.swf?myid=88118147&path=2012/02/11" quality="high" wmode="window" bgcolor="222222" flashvars="mycolor=222222&mycolor2=77ADD1&mycolor3=FFFFFF&autoplay=false&rand=0&f=4&vol=100&pat=0&grad=false" width="410" height="311" name="myflashfetish" salign="TL" type="application/x-shockwave-flash" pluginspage="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer" border="0" style="visibility:visible;width:410px;height:311px;" /><br><a href="http://www.mixpod.com/playlist/88118147"><img src="http://assets.mixpod.com/images/btn2-tracks.gif" alt="Music" title="Get Music Tracks!" border="0"></a><a href="http://www.mixpod.com" target="_blank"><img src="http://assets.mixpod.com/images/btn2-create.gif" alt="Playlist" title="Create Your Free Playlist!" border=0></a><a href="http://www.mixpod.com/user/23486999"><img src="http://assets.mixpod.com/images/btn2-profile.gif" alt="View Profile" title="View all my playlists!" border="0"></a><br />Create a <a href="http://mixpod.com">playlist</a> at <a href="http://mixpod.com">MixPod.com</a>

my fanfic ^^

Casts: Song Jihyo, Lee Kiseop, Lee JinKi
One Day
“plak!!” sebuah tamparan mendarat di pipi Jihyo. Sebuah tamparan yg sudah biasa diterimanya dari ibu tirinya itu. Seperti biasa, ini diakibatkan karna Jihyo dianggap tidak becus bekerja dan juga gaji yg tidak cukub bagi ibunya. Memang, ibu tirinya itu sangat kejam terlebih lagi saat ayah Jihyo meninggal dunia. Ibu tirinya itu semakin kasar kepadanya.
Jihyo tersenyum sinis kepada ummanya itu sambil mengelus pipinya yang memar akibat tamparan. “itukah yg bisa kau lakukan?!!” Jihyo berteriak.
“iya!! Kenapa?! Tidak senang?? Aku akan berhenti jika kau pergi dan memberi semua harta ini kepadaku!!” teriak ummanya tak mau kalah.
“baiklah.. Ambillah apa yg kau mau!! Aku akan pergi dari neraka jahannam menjijikkan ini!” Jihyo pergi ke kamarnya.
Jihyo pov:
Sial! Menjijikkan! Aku tidak akan pernah meneteskan air mata walaupun air mataku ingin jatuh. Lihat saja! Aku tegar dan akan slalu tegar. Baiklah, ini saatnya aku pergi. Lebih baik aku kemasi pakaianku, ah tidak usah! Biarkan seperti ini. Yang ku perlukan hanyalah handphone. Aku mengambil handphoneku dan memasukkannya ke saku hoodieku. Aku beranjak dari kasur dan dari rumah ini tentunya tanpa pamit kepada nenek vampir itu. Cih! Jangan berharap! Aku terus berjalan.
Na ajikdo noreul niga su eobseo..
Jakku jakku niga saenggakna..
Niga neomu bogoshippo..
Hapeku berdering tanda ada panggilan masuk. Aku terkejut melihat nama yg tertera dilayar hpku, Lee Jin Ki! Orang yg pernah singgah dihatiku tidak lama ini. Kami putus hanya karna dia cemburu melihatku bersama lelaki lain. Dia memang pencemburu dan aku kesal akan itu. Akhirnya kami putus. Tapi…dia pindah ke London untuk melanjutkan kuliah. Lalu? Aku mengangkatnya. Huff~
“Yobseyo?” aku memulai.
“Jin Ki-ssi! Jihyo-yah.. Apa kabarmu? Aku sekarang berada di Seoul!”
Mataku melotot sebesar2nya hingga bola mataku ingin terjun ke bawah rasanya. Aku berusaha santai, “ne? Jinjjayo? Hmm.. Baguslah. Welcome!”. Aku tidak mau terlalu banyak bicara karna tidak mau semua yang dulu terjadi lagi. Yah sejujurnya aku masih ada rasa, tapi rasa sebagai mantan. Eh tunggu! Ngomong2 apa dia akan menemuiku?? Ntahlah..
“apa kau tidak senang??”
“tidak senang? Ahh.. Aniyo, gwaenchana” ucapku seolah riang.
“hmm.. Geuraeyo.. Aku ingin bertemu dgnmu.. Bisa kan?”
Bingo! Dugaanku benar dan yah apa yg harus aku lakukan? Percuma kalau aku menolak, nanti dia pasti kerumahku. “ne oppa, baiklah. Dmana?”
Dia mengajakku ke restoran yg biasa kami kunjungi dulu jam 7 malam ini. Dan ayo tebak! Sekarang masih jam satu siang dan aku sedang berdiri dipinggir jalan seperti orang yg paling menyedihkan.
Lihatlah! Aku hanya memakai sendal jepit doraemon berwarna biru serta celana pendek hitam dan hoodie merah kesukaanku. Dan jangan tanya rambutku seperti apa—berantakan. Baik,lupakan semua. Pikirkan sekarang aku harus kemana? Aku tidak bgitu dekat dengan teman2ku dan juga uangku tidak ada. Sedih sekali! Mungkin aku akan masuk nominasi orang paling menyedihkan ditahun 2012 ini. Kau akan tau rasanya seperti apa itu. Sedih, sungguh sedih. Jangan paksa aku menggambarkan diriku lagi yg bahkan siput pun tidak mau menoleh. Lupakan.
Aku terus berjalan dan terus berjalan di kota seoul yang luas ini. Oh tidak aku sungguh capek dan badanku lemas sekali, kepalaku pusing. Mengapa ini tiba2? Semua menjadi gelap. Uhh.. Bugh!!

—o—
Wangi.. Wangi parfum. Sepertinya wangi parfum lelaki,aku tersenyum sambil terus mengirup aroma tsb. Aku bangun dan dimana ini?? Aku kemudian berdiri, “dimana ini??” seruku dalam hati.
Deg! Seorang namja bertubuh jangkung dan kurus datang kepadaku dan apa itu? Aku tidak tahu apa yang dia bawa tapi kayaknya minuman buatku deh. Siapa dia?
“Kau sudah bangun ternyata.. Gwaenchanayo?” dia tersenyum manis kepadaku bahkan senyumannya lebih manis dari senyuman malaikat maut yg ada di drama korea 49 days.
“memang aku kenapa?” tanyaku.
“kau tadi pingsan saat dijalan, aku berada disitu dan membawamu kerumahku” jelasnya dengan manis.
Aku hanya diam. Oh ya, jam berapa ini? Aku harus menemui Jin Ki oppa.
“jam berapa sekarang?” tanyaku.
Dia menoleh ke arah jarum jamnya. “jam setengah 7 malam”.
“apa? Selama itukah aku tidur??” ucapku tak percaya.
“yah begitulah..”
“aku harus pergi. Gomawo”
“tapi kau mau kemana malam2 seperti ini? Pakaian seperti itu tidak akan bisa menghadang dinginnya malam ini!” ucapnya sedikit teriak. Teriak khawatir aku rasa.
Benar juga, bisa jadi es aku nanti. Lalu? Aku berdiam disini? Aku tidak kenal dia. Huh. Susah sekali rasanya. Aku menoleh ke arahnya.
“duduklah dulu, jangan takut. Aku hanya tinggal sendiri”.
Tinggal sendiri? Yg benar saja?! Kalo terjadi apa2 bagaimana?? Lebih baik aku pergi. Aku pergi meninggalkannya. Dia mengejarku tapi aku terus berlari hingga aku tiba diluar pagarnya. Baiklah, dia tidak mengejar lagi. Hufff. Aku terus berjalan menuju restoran tempat dimana aku akan bertemu Jin Ki oppa. Tapi dingin sekali ini! Brrr~ haruskah aku kembali kerumah namja tadi? Huh, gila saja! Aku pasti akan malu berat nantinya.
Tapi ini dingin sekali,sumpah. Eh,bicara tentang dingin, aku menoleh ke arah tubuhku. Oh Tuhan.. Aku belum mandi! Pantas saja aku tidak merasa fresh! Dan dengan bangganya aku pergi menemui Jin Ki ssi dengan bentuk menyedihkan seperti ini?? Dan lagi lagi aku mendapat nominasi orang paling percaya diri. Huh,lucu. Nominasiku aneh. Sial! Oke, aku rasa aku harus kembali kerumah namja tadi. Bersikap biasa saja. Aku memutar balik arahku kerumah namja tak dikenal itu.
Tok..Tok..Tok..
Tak lama kemudian namja itu keluar dari pintu ajaibnya. Eh salah, pintu rumahnya. “hei! Ada apa? Kenapa kau balik lagi? Bukannya kau kabur?”. Namja itu bertanya dengan polosnya.
Aigoo~ Demi rambutku yg berantakan, mengapa dia begitu tampan? Aku terpesona. “mianhae, apa aku boleh mandi disini dan meminjam baju hangatmu?” Plakk! Aku salah omong. Mandi? Sangat jujur. Mungkin ini akan menjadi kesempatan baginya.
Namja itu menarikku masuk kerumahnya. Aku tidak mengerti ada apa ini? Jantungku juga ada apa ini? Mengapa menjadi degdegan seperti ini?? Oh God..
Aku terdiam. Aku tetap diam dengan gaya ‘cantik’ku. “kau pasti kedinginan ya?” namja itu mulai bicara sambil tersenyum. Aww~ senyumannya menggoda.
Aku masih gugup. Bagaimana tidak? Dia masih memegang lenganku dan lihat, senyumannya terus ada di bibir merahnya. Heem. Aku berusaha santai sambil menarik tanganku dari pegangannya “iya,aku kedinginan. Pinjamkan aku baju hangatmu.. Bisa kan?”
Dia mengusai rambutku gemas. Aissh! Beraninya dia. Bukannya menjawab pertanyaanku eh malah mengusai rambutku.
Jihyo pov end

Namja itu mengajak Jihyo duduk sementara dia pergi ke dapur untuk membuatkan Jihyo minuman hangat dan baju hangat untuk Jihyo.
“ya! Ini rumahmu??” teriak Jihyo dari ruang tamu.
“mwo? Aku tidak dengar!” jawab namja tsb dari kejauhan.
Jihyo diam. Dia meraba2 saku celana dan saku hoodienya. Seperti kehilangan sesuatu. Benar! Dia tidak menemukan handphonenya.
“handphoneku!!” teriak Jihyo.
Namja tadi datang sambil membawa minuman dan pakaian hangat “ada apa? Kenapa kau berteriak?” tanya namja itu sambil melemparkan pakaian hangat kemuka Jihyo dan meletakkan teh hangat di meja.
Jihyo melihat sinis ke arah namja itu. Dia memasang ekspresi marah sambil menunjuk ke arah namja itu. “kau!! Ya kau!! Dimana handphoneku?? Dimana kau sembunyikan, huh?!!”
Namja itu mengeluarkan evil smilenya. “huh, aku mencuri handphonemu, begitu?? Ya!! Harusnya kau berterimakasih telah aku selamatkan!! Bukan menuduhku yg tidak2!! Gara2 kau aku bolos kuliah hari ini!”
Jihyo terdiam. Sedikit memikir. Lalu dia menjawab, “lantas? Ada dimana handphoneku?”
“molla~ saat aku membawamu pulang aku tidak melihat ada handphonemu”
Hening.
“pantas saja Jin Ki Oppa tidak menelponku”, kesal Jihyo dalam hati.
“Sekarang sudah jam 8 malam. Terserah kau mau pulang atau tidak tapi yang jelas aku selalu membuka pintu untuk siapapun” lanjut namja itu.
Jihyo menoleh ke arah namja tersebut, “aku akan menginap disini! Dimana kasurmu?”
Namja itu mendongak, “menginap? Menginap disini maksudmu?”
“iya”
“namaku Jihyo, Song Jihyo imnida. Siapa namamu?” Jihyo memperkenalkan diri.
Namja itu tersenyum, “Kiseop, Lee Kiseop imnida”.
Mereka saling tersenyum.

 Jin Ki pov:
Sial! Dimana Jihyo? Handphonenya tidak aktif. Kemana dia? Sungguh menyebalkan. Apa aku harus kerumahnya? Tapi kalau malam seperti ini pasti dia sudah tidur dan juga rumahnya sudah sepi. Besok aku akan kerumahnya. Harus!
Jin Ki pov end.

 Kiseop pov:
Jihyo sudah tidur dikasurku. Kasihan sekali. Sepertinya dia kabur dari rumah. Dan sekarang? Aku harus tidur. Aku pergi ke kamar tamu untuk tidur disana. Aku mematikan beberapa lampu dan setelah itu aku tertidur.

***

Klek.. Klek.. Bunyi apa itu? Mengganggu tidurku saja! Mataku masih tertutup rapat. Aku mencoba membuka mataku perlahan.
Kemudian berdiri. Aku keluar dari kamar dan pergi menuju kamar Jihyo. Aku membuka pintu kamarnya. Ng? Dimana dia? Mengapa dijam seperti ini dia hilang? Jam berapa ini? Kenapa masih gelap? Aku melihat jam dinding kamar. Dan tebak sekarang jam berapa? Cukup. Dadaku sesak. Lupakan. Jangan. Apa kau mau tahu jam berapa sekarang? Baiklah, sekarang jam 2.00subuh. Pantas saja aku sangat mengantuk. Hoaaaam. Dimana Jihyo? “jihyoyah” panggilku. Tidak ada jawaban. Aku terus berjalan mencarinya. Sekarang aku menuju dapur. Lampunya hidup. Kulihat seorang gadis sedang mengubrak abrik kulkas. Gadis itu menoleh, Jihyo ternyata.
“kiseop-ah! Apa kau tidak punya makanan? Perutku lapar” ucapnya dengan nada sedih.
“Mianhae, aku belum belanja makanan”, aku berjalan mendekatinya.
“perutku lapar kiseop-ah.. Lapar sekali, huh” ucapnya memelas.
Kasihan, pasti dia lapar sekali. Tapi aku tidak punya makanan. Yang ada hanyalah minuman. “aku belum belanja makanan. Biasanya aku makan di rumah makan dan jarang masak dirumah. Mian Jihyoyah” aku mengangkat lengannya. Mengajak berdiri.
Dia berdiri dan berjalan. “tidak usah memegangku. Kau kira aku sakit,huh??” Dia tertawa sambil memukul bahuku. Lucunya.
Kami terus berjalan. Kruk..kruk.. “bunyi apa itu?” tanyaku kaget.
“hehe perutku” dia tersenyum malu.
“apa kau begitu lapar? Aku akan pergi keluar untuk mencari makanan”.
“apa kau bisa sendiri? Aku akan temani”.
“Ah tidak usah. Aku inikan lelaki.hehe. Kau dirumah saja. Berbaringlah sambil menungguku.” ucapku langsung pergi meninggalkannya.
Kiseop pov end-.

Jihyo ke kamar dan berbaring dikasur sambil menunggu Kiseop.
“oh, betapa sedihnya aku. Kiseop baik sekali. Dia pasti lelah”, Jihyo bicara sendiri.
Matanya mulai sayup. Jihyo mengantuk dan dia tertidur.

—-

“Jihyoyah..aku pulang!” kiseop datang sambil membawa makanan. Dia berlari ke kamar Jihyo. Dia melihat Jihyo sedang terlelap tidur.
“Jihyoyah..aku pulang,ini makanan untukmu jihyoyah..” panggil kiseop sambil menggoyangkan bahu Jihyo agar dia bangun.
Jihyo menggeliat. Perlahan membuka matanya dan tersenyum, “ah.. Kau sudah pulang, mianhae aku ketiduran”.
Kiseop tersenyum, dia duduk dipinggir kasur tempat Jihyo tidur. “ireona,aku sudah membeli nasi goreng untukmu”.
“ne,gomawo. Aku akan bangun” jawab Jihyo.
Kiseop dan Jihyo duduk diruang tamu. Jihyo dengan cepat mengambil nasi goreng itu dan memakannya. Kiseop menemani Jihyo makan.
Kruk..kruk.,
“eh? Suara perut ya itu? Apa perutmu bunyi? Apa kau lapar?haha” tanya Jihyo sambil tertawa.
Kiseop sedikit malu, “sepertinya iya aku lapar”.
“yasudah, kita makan berdua saja. Ambillah sendokmu” suruh Jihyo.
“selebihnya aku cuma punya sumpit..” jawab kiseop pelan.
“haha dasar lucu! Sendok saja tidak punya?ahaha yasudah kita berdua saja. Sini aku suapin. Katakan aaa..” ajak Jihyo sambil menyodorkan sesendok nasi goreng kepada Kiseop.
Kiseop pov:
Apa? Dia menyuapiku? Aku malu sebenarnya! Tapi aku juga mau makan. Tak apalah. Aaa kataku. Aku memakan sesuap demi sesuap secara bergantian dengan Jihyo hingga selesai.
“Kiseop-ah..” Jihyo memanggilku.
“ne?”
” umurmu berapa?” jihyo mulai bertanya.
“hmm.. Umurku 20tahun. Kau?”
“aku 18tahun Kiseop oppa! hehe”
Oppa? Dia memanggilku Oppa?haha. Lucu. Ternyata dugaanku salah, dia bukan gadis tomboy. Yah walaupun aku tidak bilang pada kalian tentang masalah ini tapi inilah dia. Dia lembut juga. Aku teringat sesuatu dan mulai bertanya “oh ya, kalo aku boleh tahu, mengapa kau tidak pulang kerumahmu?”. Sudah,aku menanyakannya. Kalian semua pasti lega,kan? Stop. Dengarkan jawabannya. Lupakan.
“Apa kau mengusirku?-
“ah.. Tidak., aku hanya bertanya..”
Jihyo menceritakan semua yang terjadi. Tentang kekejaman ibu tirinya dan juga kesepiannya. Kulihat dia meneteskan air mata saat bercerita. Eh why? Aku tidak bisa menggambarkan hatinya. Pasti dia sangat sedih. “jihyoyah.. Kau menangis?” aku mengangkat dagunya dengan kepedeanku sebagai seorang namja keren. Cih.
“mian oppa, aku terbawa suasana” Jihyo mengusap air matanya.
“tidak apa, biasa saja. Anggap saja aku ini boneka lucu yg sedang duduk disampingmu hehe” aku mencoba melucu. Dia tersenyum. Tiba-tiba lampu rumahku mati semua. What the hell?! Ada apa ini? Mati lampu?
“Oppa! Aku takut! Gelap sekali!” jihyo menggenggam tanganku erat.
Jantungku berdebar kencang. Ada apa ini? Mengapa tiba2? “jihyoyah.. Mungkin mati lampu. Biarkan aku memeriksanya”.
“jangan oppa! Aku takut sekali dengan kegelapan” Jihyo menggeserkan tubuhnya disampingku. Dia memeluk lenganku.
Ada apa ini? Jantungku berdebar kencang sekali. Apakah aku jatuh cinta kepadanya? Secepat itukah? Entahlah. Terkadang aku heran, cinta datang tiba2. Susah ditebak. Aku harap dia tidak mendengar debaran jantungku. Lupakan tentang jantung sejenak(!). Sejujurnya aku sangat ngantuk. Hey,kau tau? Sekarang kira2 jam 4 atau setengah 5 subuh. Dan berarti kami begadang. Huff. Mataku.
“oppa, aku sangat mengantuk..” ucap jihyo pelan. Tangannya masih memeluk lenganku. Dia menyandarkan kepalanya dibahuku. Aku membiarkannya. Kamipun tertidur.
Kiseop pov end-,
Jam 9 pagi. Jihyo bangun dan melihat Kiseop masih tidur dalam posisi duduk. Sementara tangan Jihyo masih memegang tangan Kiseop. Jihyo sadar. Dia melepaskan tangannya.
Jihyo membangunkan Kiseop yang sedang tidur, “oppa,ireonah. Sudah pagi..”
Kiseop membuka matanya perlahan sambil mengedipkan matanya berusaha menyesuaikan dengan cahaya matahari.
“ahh.. Sudah pagi. Apakah tidurmu lelap?” tanya Kiseop sambil memegang tangan Jihyo.
Jihyo pov:
Apa? Dia memegang tanganku! Eits, ada apa ini? Jantungku berulah lagi! Atau jangan2 aku jatuh cinta kepadanya? Secepat itukah? Tunggu,aku akan menjawab pertanyaannya. “ahh..ne oppa. Sangat lelap. Gomawoyo..”
Kiseop oppa hanya tersenyum. Sekarang sudah pagi. Aku mau kemana? Aku harus mandi dan setelah itu pergi dari sini. “oppa, aku harus pergi dari sini sekaran, maaf telah merepotkanmu, tapi sebelum itu bolehkah aku mandi dan meminjam pakaianmu?”
“Benarkah? Boleh saja. Tapi sejujurnya tak apa jika kau tinggal disini” Kiseop menjawabnya dengan ekspresi kecewa. Aku rasa dia sedikit kurang rela melepasku. Plak! Penyakit ‘PeDe’ku kambuh.
Tapi sepertinya aku mulai ada rasa padanya. Aku juga tidak ingin pergi dari sini. Yah walaupun ini aneh,tapi aku merasa nyaman. Huff. Otte? Aku menjadi bingung sendiri.
Kiseop pergi meninggalkanku. Dia pergi ke kamarnya. Apa dia marah? Duh, aku jadi serba salah. Tapi yasudahlah, hal ini biasa. Tidak usah saja mandi. Nanti niatku pergi jadi makin lama. Lagi pula aku sudah memakai bajunya untuk melapisi bajuku. Baiklah, aku pergi tanpa pamit. Maaf. Sejujurnya aku tidak bisa tapi maaf sekali oppa. Air mataku ingin menetes tapi aku tahan. Tidakkah ini sedih?
Aku mulai melangkah dan terus melangkah hingga keluar pagar rumahnya. Sepanjang perjalanan air mataku menetes. Ini sungguh aneh! Mengapa aku bisa menyukai dia secepat ini? Aku terus berfikir sambil menangis. Air mata tulus terus mengalir. Tiba2 sebuah mobil berhenti tepat didepanku. Seorang namja keluar. Itu Jin Ki oppa. Oh tidak…
“ya! Kenapa kau tidak menemuiku tadi malam?!” tanyanya.
“ah maaf oppa, aku tiba2 ada keperluan” aku berbohong.
“mengapa kau tidak menelfonku?! Dasar! Harusnya kau menelfonku!! Kau tau berapa lama aku menunggu?! Aissh, jinjja!” Nada bicaranya meninggi.
Dia berubah. Tidak seperti dulu. “apa maksudmu? Maaf kalau aku telah mengecewakanmu, oppa”.
“tak apa, sekarang masuklah ke mobilku. Kita akan pergi ke restoran”.
Aku mengikutinya. Mobilpun melaju. Kami tiba di restoran tempat tujuan kami. Kami mencari tempat duduk yang pas. Tak lama kemudian seorang ahjussi datang. Aku tidak tahu harus memanggil ahjussi atau apa yang penting dia sedikit tua. Eh bukan sedikit tua,tapi memang tua. Jin Ki oppa sepertinya mengenal dekat paman itu. Mereka akrab.
“Bagaimana? Ini orangnya”, tanya Jin Ki kepada orang itu. Oh ya, aku duduk di samping Jin Ki dan ahjussi tersebut didepan kami. Eh tunggu, maksudnya apa? Orangnya? Apakah aku? Ntahlah. Dengarkan saja.
“wah.. Cantik juga. Dia masih muda ya”, puji orang itu sambil menatapku. Aku bingung.
“namanya Jihyo. Kau tertarik? Dia masih perawan tentunya”, ucap Jin Ki oppa sambil menggenggam tanganku.
Apa?? Apa maksudnya?? Apakah aku mau dijual atau apa ini?? Jebal! Aku takut. Ada apa ini? Aku seperti gadis murahan yang di berikan kepada ahjussi. Aku malu sekali.
“oppa, apa maksudmu?”, aku mulai bertanya.
“okay, baiklah. Gwaenchana. Kau bisa membawanya pulang. Bukan begitu Jihyo?”, Jin Ki oppa tersenyum kepadaku.
Aku refleks. Sakit hati. Kecewa. Marah. Tak bisa aku bilang. Aku menyiram minumanku ke wajah Jin Ki oppa. Aku tak peduli dengan teriak marahnya karna disiram. Aku pergi. Ku biarkan dia terus memanggilku. Aku berlari sekencangnya. Air mataku tak kuat lagi ditahan. Akhirnya jatuh juga. Aku biarkan diriku menangis. Biarkan saja orang lain melihatku. Aku tak peduli.
Air mataku terus mengalir sepanjang jalan. Aku dikhianati. Seperti inikah Jin Ki oppa? Hiks.. Kau jahat oppa! Jahat! Hiks.. Hiks.. Tiba2 seseorang menarik tanganku dan memelukku. Kiseop oppa? Ya, kiseop oppa. Dia memelukku erat. Adegan ini dipinggir jalan. Aku malu dilihat banyak orang. Aku mencoba melepaskan tapi tidak bisa. Tak lama seseorang mendorong kiseop oppa. Buggh! Namja itu menumbuk kiseop oppa. Jin Ki oppa? Aku menoleh ke arahnya. Kenapa dia? Kiseop oppa bangun dengan darah dibibirnya. Dia membalas tumbukan Jin Ki. Bugg! Aku tidak tahan melihat ini. Aku melerai mereka yg masih saling berpegangan kerah baju. Tapi percuma, mereka kuat dan juga aku tidak bisa memisahkan.
“sial! Apa kau bilang? Milikmu?! Lantas mengapa kau jual dia?! Sialan! Kau laki2 brengsek!” kiseop oppa berteriak sambil menumbuk Jin Ki oppa dengan keras.
“oppa, hajima.. Jebal, berhentilah! Aku mohon..” Bujukku sambil menangis.
Mereka terdiam sambil saling menatapku.
“siapa dia, huh?!” Jin Ki oppa bertanya kepadaku.
“di..dia” aku tidak tau harus menjawab apa. “dia pacarku!” lagi2 aku mengucapkan hal yang aneh(?). Aku berjalan ke arah Kiseop, aku memeluknya dan mencium bibirnya sekilas. Darah di bibirnya mengenai bibirku. Ini kulakukan agar Jin Ki percaya. Walaupun agresif,tapi ini demi kebaikan. Bukankah begitu? Kiseop terkejut saat tiba2 aku mencium bibirnya sekilas. Semua orang yang ada di jalan mungkin melihatnya. Ah lupakan.
“jihyoyah..” ucap kiseop oppa pelan. Aku diam saja. Mianhae oppa.
“ige mwoya?? Kau jihyoyah! Beraninya kau melakukan itu di depanku!! Dasar perempuan murahan!! Cih!” Jin Ki oppa memakiku.
Kiseop mulai emosi. Dia berjalan ke arah Jin Ki oppa dan menumbuknya lagi dengan keras.
“mwo?! Perempuan murahan! Sial! Kau brengsek!!”
Aku mulai meneteskan air mata. Beraninya Jin Ki oppa mengucapkan itu kepadaku. Aku sedih. Dia begitu jahat!
“oppa, sudahlah. Lupakan semua ini.. Jebal..” aku pergi meninggalkan mereka.
Kiseop mengejarku. Dan kami pun pulang meninggalkan Jin Ki oppa.
—-

“aduh.. Sakit jihyoyah..” keluh kiseop oppa.
“mianhae oppa, masih sakitkah?” tanyaku khawatir sambil mengusap luka di pipinya dengan obat merah.
“tidak begitu, tapi lumayan sakit juga jihyoyah.. Mian, aku merepotkanmu..” kiseop oppa menatapku dalam.
Aku grogi. Jantungku berdebar lagi dan lagi. Aissh! Aku sudah jatuh cinta tampaknya. “tak apa oppa, geuraeyo? Untunglah tak begitu parah” aku tersenyum.
Kiseop oppa, tersenyum melihatku lalu melirik kebawah sambil memanyunkan bibirnya. “ya jihyoyah.. Apa kau lupa? Bibirku juga terluka. Ini darahnya” ucap kiseop oppa, sambil menunjuk darah dibibirnya.
Deg! Aku malu. Bagaimana bisa aku mengusap luka dibibirnya? Aaaah~ mengapa bibirnya begitu menggoda? Plak! Otakku mulai kabur.
Tolong aku. Aku malu menatap bibirnya. Menggodaku. Tapi berusaha santai. Yup, biasa saja. Heem. “aissh, kau manja sekali.. Tapi bibir ini hanya kau yg punya andil buat menyentuhnya oppa~” aku memukul bahunya.
Dia cemberut, tetap memanyunkan bibirnya. “aku ini pasien..” ucapnya memelas.
Ah. Ini susah. Baiklah, tolong kepada para setan yg terkutuk jangan datang saat adegan ini. Pliss, aku ga kuat ditambah lagi kalau ‘kalian’ datang. Semoga doaku terkabulkan. “baiklah oppa..” aku mengambil kapas dan obat merah lalu mengusap bagian pinggir bibirnya yang terluka.
Tiba2 dia mencium pipiku. Ahh. Doaku tidak terkabul. Setan telah datang. Arrghhh! “oppa? Kau ini! Aissh. Beraninya!” ucapku kesal sambil memukul dadanya.
Kiseop tertawa. Aissh. Dasar dia itu beraninya mengambil kesempatan. Argghhh! Aku berhenti mengusap luka dibibirnya.
“ya jihyoyah.. Apa kau marah? Ah jgn begitu.. Aku kan hanya bercanda hehe” bujuknya.
“mwoya? Bercanda? Kau itu mengambil kesempatan oppa!” ucapku kesal.
Dia malah tersenyum, “lalu? Ciuman tadi? Kau mencium bibirku. Mengapa aku tidak marah? Tapi sekarang kau marah. Ayolah jihyoyah..” ucapnya sedikit berbisik sambil tersenyum evil padaku.
Aku malu. Mengapa aku lupa itu? Ahh. Babonya aku! Aku memukul kepalaku kesal. “i..itu karna aku.. Aku..” belum aku selesai menjawab, kiseop memegang tanganku.
Dia menarik tanganku. Mengarahkan ke dadanya. Ada apa ini? Aduh Tuhan bantu aku. Tolong.
“tidakkah kau rasakan detak jantungku? Maaf Jihyo, aku tidak bisa menyangkal ini. Walau ini terasa aneh, tapi ini nyata. Aku tidak tahu rasa apa ini. Tapi yang penting aku sepertinya sudah jatuh cinta padamu sejak kau tidur disini. Mian kalau aku begitu tiba2 jihyoyah..” ucapnya.
Mwo? Dia mengatakan cinta? Benarkah? Bahaya. Aku tidak tahu harus apa. “oppa?” tanyaku menekanku.
“aku serius..”
“oppa, aku juga merasakan hal yang sama padamu tapi aku masih tidak yakin apa ini mungkin karna kita baru kenal dan juga perasaan itu tiba2 datang. Memang cinta seperti ini tapi aku takut menjalaninya..” balasku.
“wae jihyoyah? Aku tau ini juga tidak mungkin tapi aku mulai merasakan cinta kepadamu. Apakah kau tidak mau mencobanya?” tanyanya dgn tatapan mendalam.
Aku menunduk. “oppa..” ucapku. Ya,hanya itu kata yang bisa aku ucap.
Kiseop mengangkat daguku memaksa menatapnya, “aku akan menjadi pacarmu. Mari kita coba ini. Aku akan menjagamu sekuat yang aku bisa jihyoyah…” dia menggenggam tanganku erat.
Baiklah. Mungkin ini saatnya. “baiklah, aku akan mencobanya. Mari kita coba oppa” aku tersenyum.
Kiseop oppa tersenyum kepadaku. Dia memelukku erat. Aku membalas pelukannya. Aku bersandar di dada bidangnya. Nyaman sekali. Tidak peduli walaupun tubuh kami sangat dekat. Aku sungguh nyaman.
Dia melepas pelukannya. Wae? Aku kan sedang nyaman ini! Huh. Dia menatapku. Aku juga menatapnya.
“saranghaeyo..” ucapnya.
Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Dia mencium bibirku lembut. Bukan sekilas. Aku refleks menolaknya.
“oppa-ah..”
Dia tersenyum kepadaku. Aku berbalik tersenyum. Seperti dihipnotis. Tapi aku juga mencintainya. Tidak apa jika aku menciumnya. Aku mengalungkan tanganku dilehernya. Chuuu~ Aku mencium bibirnya dengan lembut. Dia membalas ciumanku sambil mengalungkan tangannya di pinggangku. Aww~ dia menggigit bibir bawahku. “oppa..” ucapku disela ciuman. Dia melepaskan ciuman tadi.
“jeongmal saranghaeyo jihyoyah..”
“nado oppa..” jawabku tersenyum.

-THE END-